Minggu, 10 Maret 2013

21st

3 Maret 2012, kesempatan untuk hidup di dunia ini hilang satu tahun. Dua puluh satu tahun aku hidup di dunia tapi belum bisa menghasilkan apapun juga. Innalillahi ya Rabb :(




Ya Allah,
Kau ciptakan kami dari tiada, menjadi ada
Kemudian Kau kembalikan kami kepada-Mu
Kehidupan kami bejalan dan berputar
sesuai dengan kehendak-Mu



Ya Allah,
Hari ini tiba juga aku di usia ini
Hari di mana aku harus menjadi lebih bijaksana
Hari di mana aku harus menjadi lebih dekat dengan-Mu
Hari di mana aku harus bisa menjadi teladan bagi orang lain


Ya Allah,
Panjangkanlah usiaku agar hidupku menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat lebih memandang hidup
dengan penuh makna dalam kebesaran-Mu
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat membimbing keluargaku
untuk dapat tunduk dan berbakti kepada-Mu
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat lebih bersyukur
atas nikmat dan rizqi yang Engkau anugerahkan kepadaku
Ya Allah,
Jadikanlah aku menjadi hamba-Mu yang khusyu’ dan tawadhu’
dalam menerimah hikmah dan berkah-Mu
Bertambah usia dalam hitunganku
berkurang pula usiaku dalam hitungan-Mu
,      
Ya Allah,
Terima kasih Engkau telah mengangkatku menjadi makhluk dengan derajat yang tinggiTerima kasih engkau telah memberikan cahaya keimanan kepadakusehingga aku dapat lebih mengenal-Mu,
Ya Allah,
Aku percaya bahwa Engkau akan selalu berikan yang terbaik
untuk diriku, keluargaku, orang tuaku dan
semua sahabat sejatiku, yang selalu peduli padaku
Hanya pada-Mu lah aku senantiasa mengabdi dan
Hanya pada-Mu lah aku memohon pertolongan
Kabulkanlah do’a hamba-Mu ini Ya Allah
Amin..amin..amin.. Yaa Robbal ‘Alamin..

Rabu, 03 Oktober 2012

Belajar menulis cerpen


Senyuman Terakhir


Tuhan beri aku kesempatan untuk mengukir senyuman diantara orang-orang yang kusayang, meski aku tak selamanya bisa melihat mereka tersenyum. Aku tau suatu saat nanti aku takkan bisa hadir diantara canda tawa mereka tapi aku ingin melepaskan semuanya dengan senyuman dan bahagia.
“Bunda, maafin Dhea ya...udah banyak ngerepotin. Dhea gak pernah minta sama Allah untuk dikasih cobaan kaya gini.” Aku menunduk menyembunyikan butiran air mata yang sempat mengalir.
“Dhea sayang, ngomong apa sih? Jangan nyalahin Allah loh sayang, gak baik.”
“Bun, dihari yang fitri ini Dhea minta maaf. Dhea bahagia banget masih diberi kesempatan untuk bisa bernapas pada lebaran ini, bisa merasakan kebahagiaan di keluarga kita tapi....” Aku terhenti dengan tangisku yang aku sendiri tak bisa lagi menyembunyikan dari Bunda. Oh Tuhan jangan biarkan air mata ini merusak senyum Bunda dihari yang fitri ini. Kasihan Bundaku tersayang harus merasakan apa yang kurasakan.
Bunda mendekat dan memelukku,”Bunda juga minta maaf.”
“Dhea yang banyak salah dan nyusahin Bunda, seharusnya kita semua lebaran di rumah bareng keluarga besar tapi ini malah dirumah sakit. Maafin Dhea ya.” Aku berusaha untuk terlihat tegar dengan sedikit tersenyum.
Ya Allah matikanlah aku jika itu lebih baik bagiku. Aku tak ingin melihat orang-orang yang kusayang menangis karenaku. Sejak penyakit yang sudah sekian lama bersarang dalam tubuhku, dan kematianpun semakin dekat kurasakan. Oh Tuhan dadaku sesak sekali, tapi aku tak ingin Bunda tau. Hari ini hari lebaran yang seharusnya menjadi hari kemenangan umat islam dan tentunya kebahagiaan tersendiri bagi setiap umat islam begitu juga dengan keluargaku.
Ya Allah hamba mohon kuatkanlah aku, Engkau telah memberi kesempatanku untuk merasakan kebahagiaan di bulan ramadhan tapi kali ini beriku kesempatan di bulan syawal ini. Aku akan pergi dengan senyuman indah teruntuk bunda.
“Dhea, lagi mikirin apa?” Tanya Bunda yang membuyarkan lamunan kepedihanku,”Dhea sedih ya? Maafin Bunda ya sayang, bikin Dhea sedih terus.”
Ya Allah aku tak kuasa untuk menyembunyikan air mata ini.
Bunda menatapku iba,”Dhea, hapus air matanya sayang. Bentar lagi Kak Sandi dan Dhyan datang seusai sholat idul fitri, kita ngumpul bareng loh. Masa mukanya sembab gitu.” Bunda berusaha tersenyum meski kadang aku merasakan Bunda ikut menangis kala diriku menangis diambang keterputusasaan.
“Bun, kalo Dhea meninggal nanti jangan tangisi ya...!” Ceplosku.
Bunda memandangku tajam,”Dhea? Kata siapa Dhea meninggal, pasti sembuh kok sayang. Jangan ngomong gitu lagi ya, Bunda sedih dengernya.”
“Dhea udah tau dokter bilang apa ke Bunda, Dhea denger semuanya kalo umur Dhea gak lama lagi kan. Kenapa bunda menutupi semuanya sih dari Dhea, ini hidup Dhea jadi Dhea berhak tau kan..” Kataku parau.
“Itu kan kata dokter, hidup dan mati hanya Allah yang tau. Dhea anakku, jangan pernah berpikir Bunda kecewa memiliki anak seperti Dhea. Bunda bangga memiliki Dhea, apa Dhea ga mau berjuang untuk sembuh demi Bunda. Dhea sayang kan dengan Bunda, ya kan sayang.” Tutur Bunda dengan matanya yang tampak genangan air mata yang tanpa sengaja mengalir begitu saja. Aku tak ingin melihat Bunda menangis lagi, sudah cukup kepedihan yang dirasakan oleh Bunda.
Pagi yang indah meski sedikit mendung karena matahari tak mau menampakkan dirinya, harapan itu masih terus ada meski aku selalu merasa aku tak pernah bisa untuk menggapai harapan itu. Mungkin aku akan menyusul Ayah di alam sana. Dadaku semakin sesak, aku tak mampu lagi untuk menyembunyikannya. Hari ini matahari memang enggan untuk hadir karena langit semakin mendung dengan diiringi gerimis. Aku masih berkutit berbaring di ruangan ini yang sudah sekian lama menjadi saksi laraku dan kesakitanku. Samar-samar kulihat Kak Sandi dan adikku Dhyan, mereka tersenyum kepadaku dan menyambutku di hari yang fitri ini dengan maaf-maafan. Aku harus kuat, batinku berkata.
“Dhea, kalo sakit bilang ya sayang jangan dipendam sendiri. Bunda disini sayang, akan selalu.....”
“Bunda aku udah ga tahan lagi..” Potongku,”Dhea boleh minta sesuatu ya, tapi Bunda jangan nolak. Ini permintaan terakhir Dhea.” Aku tau Bunda tau dengan apa yang kurasakan saat ini.
“Iya sayang pasti, Dhea pasti bisa bertahan kok. Percaya deh!!!” Wajah Bunda mulai pilu.
“Tersenyum ya kalo waktunya tiba, pokoknya Dhea gak mau ada tangisan saat Dhea pergi. Beri Dhea senyuman terindah Bunda, Kak Sandi dan Dhyan biar Dhea pergi dengan senyuman dan kebahagiaan bukan dengan air mata.” Kataku dengan kepalaku yang mulai semakin sakit dan aku hanya bisa melihat dengan samar.
“Dhea.” Kak Sandi mulai angkat bicara dengan suaranya nyaris merintis, kulihat adik kecilku meneteskan air mata. Mungkin Dhyan tak cukup mengerti dengan apa yang akan terjadi.
“Kak Sandi, makasih udah selalu ada buat Dhea. Dhea beruntung punya kakak seperti Kak Sandi dan Adik seperti Dhyan. Meski Ayah telah menghadap Allah tapi kita selalu tak pernah kekurangan kasih sayang.” Kataku pedih, samar ku lihat Bunda menahan air mata yang sempat menetes.”Kayaknya Dhea bentar lagi nyusul Ayah, biar Dhea yang temenin Ayah.” Aku mencoba tersenyum meski dengan nada bergetar dan berjuang keras menahan air mata. Aku ingin pergi dengan bahagia.
“Kak, Dhea titip Bunda ya. Dhyan jadi anak yang baik ya. Dhea udah ga tahan lagi.”
Dan takdir kematian terjadi hanya atas kehendak Ya Rabb, manusia hanya bisa pasrah dan ikhlas meski sangat sulit menerima kenyataan karena harus kehilangan orang yang begitu berarti dalam hidup kita. Bahkan hari esok kita tak tau apa yang terjadi karena masih dalam rahasia Allah, meski manusia merencanakan sesuatu. Dhea pergi dengan senyuman terakhirnya, samar-samar ia lihat keluarganya tersenyum melepas kepergiannya. Meski sesungguhnya tangis telah mengiringi kepergiannya yang tersembunyi dalam kepedihan hati seorang ibunda dan saudaranya. Tapi ini keinginan terakhir Dhea, dengan dibimbing dua kalimat syahadat oleh kakaknya.
“Ya Allah, hamba ikhlas.” Kata Bunda lemah dengan memeluk kedua anaknya. Seorang anak adalah titipan Ya Rabb, jika Dia telah memintanya kembali. Manusia hanya bisa ikhlas dan pasrah. Dhea menghembuskan napas terakhirnya tepat di hari idul fitri 1 syawal.

Seblak – Jombang – Jawa Timur
19 September 2011, 12:03:24


Selasa, 02 Oktober 2012

Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tak pernah jatuh melainkan karena kita BANGKIT setiap kali jatuh :)

Senin, 01 Oktober 2012

Masa Depan


Sebuah kata yang teramat mudah untuk diucapkan oleh sebagian orang-orang yang tak pernah mau mengerti arti dalam kata MASA DEPAN, tapi sulit untuk menggapainya jika kita terlalu menganggap remeh kata tersebut.

Untuk menentukannya saja butuh seribu pikiran matang bahkan akan menguras pikiran normal kita, memusingkan itu sudah jelas tapi aku selalu ingat sebuah motivasi yang tak pernah mati dan selalu hidup dalam sanubariku. Aku akan bangkit ketika aku terjatuh meskipun aku sadar aku tak cerdas, aku tak pandai tapi aku hanya memiliki sebuah usaha serta doa. Allah maha pengasih lagi maha penyayang, Dia akan melihat usaha seorang hamba yang ingin berusaha.

Banyak orang yang sibuk membicarakan masa depan dengan riuh satu sama lain, menyambut bahagia dengan antusiasnya tapi lain sisi sedikit dari banyak orang yang menganggapnya terlalu mudah untuk menggapainya sehingga mengabaikan sekolah. Aku berpikir jika suatu saat sebuah masa depan tanpa pemikiran yang matang apa jadinya masa depan yang kita raih, akankah seperti yang kita inginkan ataukah justru membuat penyesalan dalam hidup kita yang tak mungkin bisa untuk mengulang masa-masa saat kesempatan kita untuk menggapainya.

Hiruk pikuk orang-orang yang membicarakan sangat membuatku muak, kenapa?
Sebagian dari mereka hanya membicarakan saja, tapi usaha nihil.

bergegaslah kawan sambut masa depan..
tanpa usaha kita tak akan mendapat apa yang kita impikan, tanpa berdoa kita seakan-akan sombong terhadap apa yang kita miliki yang sebenarnya ciptaan-Nya.

syukuri apa yang ada dengan melakukan yang terbaik :) <@cici_wijaya>